Election Day
Rabu, 8 Agustus 2007 menjadi hari bersejarah bagi DKI Jakarta karena hari itu merupakan hari dilaksanakannya pemilihan umum kepala daerah tingkat I DKI Jakarta secara langsung untuk pertama kalinya. Fiuh, akhirnya hari pilkada datang juga, setelah sekian lama Jakarta mengingatkan saya pada masa-masa kampanye ketua senat semasa kuliah dulu: Penuh spanduk dan stiker. Rasanya sumpek karena ke mana mata memandang, spanduk dan wajah-wajah para cagub & cawagub saja yang tampak.
Antisipasi pun telah dilakukan oleh Sutiyoso selaku gubernur dengan menyatakan bahwa tanggal tersebut dinyatakan sebagai hari libur, agar warga Jakarta dapat dengan leluasa menunaikan hak pilihnya. Maka Jakarta pun kemarin menjadi sedikit lengang. Sedikit, karena tidak semua kantor ikut libur. Kantor saya termasuk yang ambigu, alias tidak jelas apakah libur atau tidak. Berhubung ada pekerjaan yang harus saya kerjakan, maka saya pun berangkat ke kantor usai ke TPS (tempat pemungutan suara). Syukur tidak ada antrian di TPS. Entah mungkin karena saya datang siang atau memang tak semua orang ikut pilkada, TPS terasa jauh lebih sepi dibandingkan TPS pada saat pemilu.
Yang menyebalkannya, malam harinya saya ditanya oleh orang rumah bagaimana saya mencoblos lembar pemilihan. Saya bilang, yang saya coblos nomornya. Ih, saya ditertawakan karena cara saya mencoblos dianggap salah. Yang benar (menurut dia) adalah gambar wajah cagub/cawagub yang dicoblos. Ah, masa sih? Padahal alasan saya mencoblos nomornya adalah agar lebih terlihat dan lebih rapi. Waduh, ya maaf deh kalau ternyata saya salah. Tapi yang paling sebal, saya merasa seperti orang idiot karena tak tahu cara mencoblos yang benar. Sebal.
Gempa Bumi
Malam harinya Jakarta diguncang gempa! Sekitar pukul 00.04, gempa hingga 7 skala Richter terjadi dengan pusat gempa berjarak sekitar ratusan km saja dari Jakarta. Saya baru setengah jam tertidur ketika ranjang saya terasa bergoyang-goyang. Sontak saya bangun dan mencoba menyadari apa yang terjadi. Ketika goncangan gempa masih juga berlangsung, saya pun turun ke lantai bawah seraya memanggil adik saya yang masih di kamar. Yah, ada kira-kira satu menit guncangan gempa berlangsung. Vertigo saya pun agak kambuh karena kejadian itu. Mudah-mudahan tidak ada gempa susulan dalam waktu dekat ini.
Beberapa orang yang tanggap telah merencanakan untuk mengadakan pelatihan menghadapi bencana gempa Minggu besok (12/8) di pelataran utara Senayan. Hm, mungkin saya perlu ikut pelatihan ini. Kita tidak pernah tahu kapan musibah menimpa kita, bukan?
No comments:
Post a Comment