Thursday, March 03, 2005

Sayang Kertas! Sayang Kertas!

Di antara macam-macam acara tivi, salah satu acara yang suka saya nontonnya (artinya bukan saya selalu tonton tapi kalau ada kesempatan nonton ya saya tonton) adalah acara tivi yang berkaitan dengan rumah, arsitektur dan desain interior. Senang rasanya lihat rumah yang bagus-bagus, apalagi kalau penataan interiornya asri dan cantik. Sambil nonton, saya membatin, kapan ya (interior) rumah saya bisa sekeren itu?

Bukannya sombong, tapi potensi ke arah situ sih ada, thanks to my Mom with her high and artistic taste *winking to my Mom. Jadi begitu anda main ke rumah saya dan masuk ke ruang tamu, anda akan melihat kursi dan meja serta hiasan-hiasan tertata rapi. Begitu pula jika anda memasuki ruang tengah/ruang keluarga. Tapi begitu anda masuk ke ruangan kamar, terutama kamar anak-anak dan kamar untuk tamu, huihhh, buku-buku dan kertas bertebaran di mana-mana!

Saya bilang sih susah kalau suatu keluarga punya anak yang masih sekolah atau kuliah. Yang namanya kertas dan buku menggunung itu inevitable alias tidak bisa dihindarkan. Masalah jadi lebih pelik apabila ada anggota keluarga yang punya kecenderungan menyimpan segala macam berkas dan buku dan secara periodik tidak mau memeriksa apakah berkas-berkas dan buku-buku yang ada memang masih diperlukan atau sudah waktunya dibuang.

Di keluarga saya, masing-masing anggota keluarga senang menyimpan berkas ini dan itu, tapi semua masih meluangkan waktu untuk meng-'audit' berkas mana yang masih patut disimpan dan mana yang bisa dikilo ke tukang rombeng. Hanya saja kalau kita menyinggung masalah 'periodisitas' dan 'tega', kita akan bicara hal yang sama sekali berbeda. Yang jelas, dipandang dari kedua segi ini, maka saya akan jadi orang yang paling tidak terorganisir*) di keluarga saya.

Pertama, masalah 'periodisitas'. Jujurnya sih masalah ini akan terselesaikan jika saya lebih rajin meng-'uprek-uprek' segala tumpukan buku atau kertas di kamar saya tanpa harus menunggu teriakan-teriakan dari Mama (even at this age *sigh). Saya sebenarnya bisa menyampaikan seribu alasan kenapa saya tidak segera menyentuh gunungan buku/kertas tersebut, tapi jawaban jujurnya ya itu tadi: MALASSS!

Kedua, masalah 'tega'. Nah, untuk perkara yang ini saya masih belum menemukan obatnya. Saya tuh suka tidak tega membuang kertas/buku, apalagi kalau:
  • masih ada sisi kosong di kertas tersebut, misalnya pada kertas bekas fotokopian, yang membuat saya berpikir betapa mubazirnya kertas tersebut kalau dibuang padahal masih bisa digunakan untuk menulis atau menge-print.
  • kertas tersebut berisi bahan-bahan kuliah atau pengetahuan yang sayangnya saat itu tidak sedang saya butuhkan sehingga saya simpan untuk keperluan di masa depan (yang entah kapan akan tiba dan kalaupun tiba, saya bingung juga mencarinya di antara tumpukan kertas-kertas/buku yang ada.
  • ada gambar-gambar lucu/bagus di kertas/buku itu yang bisa digunakan untuk membuat kartu ucapan or else.
Dengan pekerjaan dan hobi saya yang selalu berkaitan dengan membaca, maka dapat disimpulkan, di manapun saya tinggal nanti, tumpukan buku dan kertas akan terus ada, baik buku/kertas yang masih digunakan maupun yang sudah berstatus (atau sebenarnya lebih pantas jadi) buku/kertas bekas. Saat ini saya sedang berniatan menjilid kertas bekas yang ada untuk dijadikan buku tulis. Kalau buku tulis made from kertas bekas itu saya jual, laku nggak ya? I wonder...


*) Sebenarnya saya ingin bilang 'paling jorok' tapi untuk kenyamanan anda membaca tulisan ini, frase tersebut dibahasakan ulang :D