Tuesday, January 25, 2005

Cakes, anyone?

Come join this small celebration of my graduation from the postgraduate program! :)
I know they're only pictures. But hey, people say a picture speaks a thousand words.

So, cakes, anyone?



From left to right:
  • Brownies Roulade
  • Strawberry Cake
  • Assorted Cakes
  • Chococheese Snow Cake

    Pictures are taken from http://www.sedapsekejap.com

    • Sunday, January 23, 2005

      What is she doing in that place?

      Being a teaching staff sometimes brings annoyance to your life because suddenly you have to pay attention to your speech and attitude. No more freedom to act because you are expected to behave properly and accordingly as your profession demands you to do so. Once other people catch you doing something unworthy like reading comics, you will face a serious threat of honor degradation.

      And that worries me because I'm a fan of comics. Japanese comics or manga, to be precisely. No, I'm not a maniac who will read any manga there is in a store's book shelf. I only fancy the "serial cantik" kinds of manga. Well, a bit of "Kung Fu Boy", "Dragon Ball", or "Detektif Conan" is okay for me, but no "Crayon Sinchan", please.

      Still, you can say I'm a fan because I do make and have collection of manga. I started my collection way back since I was still in senior high, which means like 10 years ago. Phew, quite a long time, huh? Right now I guess I have almost 100 mangas, and the number keeps on growing, especially after I find out that there are kiosks selling mangas at cheaper price. It's like feeding a hungry lion with meat - the supply meets the demand.

      However, as I mentioned earlier, I don't have the luxury to linger at those kiosks or manga section in Gramedia for fear of meeting my student(s), or worse, my boss/senior lecturers. I know the fear sounds so unreasonable, yet that is what happens - I'm afraid those people see me in the kiosks/manga section and ask questions like: "What is that teaching staff doing in a manga kiosk? Shouldn't she buy something of more value like reference books?" Whoa!

      So far, I haven't been 'caught' making manga transaction (as far as I know) and I hope it stays that way. But I once got caught reading manga in my office. It was a security guard who caught me redhanded. Guess what he said. He said: "I never thought a staff would read books like that." Darn. Had I not been too eager to read the sequel of a manga, I would not have got caught and lost face to a security guard. All I could do then was smiling stupidly and putting away the manga I've been reading.

      I was trying to make myself busy doing something else when not long after that, the security guard came back to me and said: "Erm, do you mind if I borrow your comic sometime?"

      *Speechless*

      En Fin...

      Finally, the day I have long been dreaming of had come.
      Ladies and gentlemen, I'm proud to inform you that on Wednesday, January 19, 2005, it had been officially declared that:

      I PASSED MY THESIS EXAM!

      Alhamdulillah! I'm glad that it's over (although not really over yet because I still have to make some correction here and there) - the agony of getting the thesis approved and thus giving me the chance to take the thesis exam. Sometimes I think the length of time I had to undertake before I could go for the exam did not justify the time it took for my exam which had been so brief.

      I no longer care, though, because what matters now is that I have kept my promise to my 'stakeholders'. I even think of giving something as a present for my lecturer who had become my thesis guide - something which I barely thought of because I grew a bit pessimistic that I could make it with my thesis, what with such a perfectionist characteristic of his.

      But now, gone are the clouds and here comes the sun! So glad, so glad, so glad!!!

      Friday, January 14, 2005

      1001 Reasons to Smoke

      Merokok karena???


      *Gasp!*

      I couldn't believe my eyes when I noticed a post with the above title by an old friend of mine on the friendster bulletin board. It was shocking for all I know she was not the type of woman who would enjoy air full of cigarette's smoke, let alone do the smoking herself.

      So, full of curiosity, I clicked the bulletin post and ... I don't need to explain more, just read the lines below and have a good laugh (or at least a smirk)!


      From: .S..

      Date: Thursday, January 13, 2005 8:22:00 PM

      Subject: Merokok karena???

      Message:

      rina: Memberikan lapangan kerja bagi buruh rokok, dokter, pedagang asongan, dan perusahaan obat batuk.

      mEiYa KaRiN: Film Koboy pasti lebih gaya kalau merokok sambil naik kuda, soalnya kalau sambil ngupil susah betul.

      TuTi EfeNDi: Bisa menambah suasana pedesaan/nature bagi ruangan ber AC dengan asapnya, sehingga se-olah2x berkabut.

      maNik: Sekarang rokok udah ada rasa Cappucino, segera akan muncul rasa strawberry, manis pedas, ayam bawang, kari ayam, dll

      Deasy: Bahan inspirasi dan pendukung membuat Tugas Akhir, sehingga seharusnya dicantumkan terimakasih untuk rokok pada kata sambutan....

      tEgUh: Membantu program KB dan mengurangi penyelewengan karena konon katanya merokok bisa menyebabkan impoten.

      ongkie: Biar Ga CULUN !!!

      andrie: sebagai alat bantu pernapasan.. dari pada gw sesek napas..

      ----B E T A---- buat temen insomnia gue... palagi pas bete ga dapet gebetan...hik hiks (='<)

      =santi= teman dikala suka dan duka, ga pernah ninggalin kita bahkan di masa2 terburuk pun (ga punya duit,masih bisa ngeteng @500)..i love u poetrasampoerna

      ^iputz^ mengurangi dosa melakukan aborsi, karena dengan merokok dapat mengakibatkan gangguan kehamilan

      oki: Buat ngusir nyamuk..!!!

      sa: buat ngilangin bt kalo lagi alone...(tapi kalo kebanyakan mandul gak ya??)

      marcell: biar tambah ganteng.....

      komank~~buat alternatif kalo lagi gak ada cimenk

      grace: buat ngilangin bau tai / kentut dikala sedangbuang air besar...

      mituto: untuk menambah pemasukan cukai pemerintah,sehingga gaji pegawai negeri bisa tetep lancar terbayar, dan uang saya kembali.

      rafi: membantu tanaman mendapatkan co2 untuk fotosintesis, sehingga menghasilkan buah yang sehari2 dimakan terasa nikmat.

      {Pitkud}karena ga suka menungging

      :: _rief ::membantu dalam rutinitas sehari2 dan dapat menghilangkan bau badan karena brubah jadi bau roko

      [:: fRitz/SemiSoniC ::]Merokok karena Dirokok itu dilarang agama, dosa,dan ngga bisa sewaktu2 bisa dilakukan.

      Riri karena... ga punya pacar!! (apa sih!?!?)

      M@wanz Karena ada api, dan gak dibakar di kedua ujungbatangnya

      :: ms bEcKs :: mau diphoto... buat ngingetin doang kalo gue merokok itu ternyata jelek bangetttt.... (apaan cobaa!?)



      Monday, January 03, 2005

      Hai Orang Indonesia, Sadarlah!

      Hai orang Indonesia!
      Mana harta yang kau kumpulkan?
      Mana rumah yang kau dirikan?
      Mana keluarga yang kau bangga-banggakan?
      Semua luluh habis tersapu ombak lautan Hindia.
      Maka jika kau tak tersadar jua,
      sungguh terlaknat wahai kau orang Indonesia!

      (in memoriam korban Tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, 27 Desember 2004)


      Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling
      Oleh: Taufiq Ismail

      Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
      terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
      Penganggur 40 juta orang,
      anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid,
      pecandu narkoba 6 juta anak muda,
      pengungsi perang saudara 1 juta orang,
      VCD koitus beredar 20 juta keping,
      kriminalitas merebat di setiap tikungan jalan
      dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

      Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol
      di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
      dan di punggung kita dicap sablon besar-besar
      Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.
      Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,
      menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

      Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita
      antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara,
      Ketika pulang lihat mereka berdukacita
      karena majikan mungkir tidak membayar gaji,
      banyak yang disiksa malah diperkosa
      dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

      Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
      Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.
      Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi-kolonialis banyak bangsa.
      Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.
      Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira
      karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

      Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali.
      Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.
      Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji,
      adalah industri korupsi.

      Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,
      ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.

      Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret,
      jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras,
      yang di atas tukang tindas.
      Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

      Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
      Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu'.
      Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
      Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.
      Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
      Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

      Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
      membentang dari depan sampai ke belakang,
      melimpah dari atas sampai ke bawah,
      tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
      Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.

      Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
      Bagaimana menangkap maling
      yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah?
      Dan yang melindungi mereka, ternyata,
      bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

      Bagaimana ini?

      Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),
      tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

      Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana ke mari,
      kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

      Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
      otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.

      Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?
      Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,
      tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,
      malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,
      penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

      Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling
      yang jumlahnya ratusan ribu,
      barangkali sekitar satu juta orang ini,
      cukup jadi sebuah negara mini,
      meliputi mereka yang pegang kendali perintah,
      eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis,
      yang pegang pestol dan mengendalikan meriam,
      yang berjas dan berdasi.
      Bagaimana caranya?

      Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
      Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
      Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
      Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?
      Percuma
      Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan
      Insya Allah tak akan terselesaikan.

      Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
      Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk
      agar bersedia mengembalikan jarahan
      yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
      Kita doakan Allah membuka hati mereka,
      terutama karena terbanyak dari mereka
      orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.
      Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

      Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita,
      ada hubungan darah atau teman sekolah,
      maka kita cenderung tutup mata,
      tak sampai hati menegurnya.

      Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
      orang seagama atau sedaerah,
      kita cenderung menutup-nutupi fakta,
      lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap
      semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

      Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
      Dan lihat kini jendela dan pintu rumah Indonesia dimakan rayap.
      Kayu kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
      Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.
      Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.
      Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.
      Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

      Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
      Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
      "Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka.
      "Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.

      Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.
      Aku melarikan diri kencang-kencang.
      Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi.
      Mereka menangkapku.
      "Ambil bensin!" teriak seseorang.
      "Bakar Rayap," teriak mereka bersama.
      Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.
      Seseorang memantik korek api.
      Aku dibakar.
      Bau kawanan rayap hangus.
      Membubung ke udara.