Latte or capuccino?

Cappuccino (kiri) & Cafe Latte

Gara-gara ikutan "Morning Coffee Quiz" di MSN, saya jadi ingin bicara tentang kopi.

Bagi Anda yang pernah membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya di blog ini, mungkin Anda sudah tahu akan kegemaran saya menikmati kopi. Kopi adalah dopping saya di kala bekerja atau di saat-saat suntuk atau bete. Bekerja tanpa kopi rasanya sulit karena saya tipe orang yang mudah mengantuk.

Belakangan kebiasaan saya minum kopi sedang dimanjakan sejak bos saya sering mengajak anak buahnya - termasuk saya, tentunya - untuk rapat di cafe atau coffee shop. Lumayan, saya jadi bisa menikmati kopi yang decent alias bukan minum kopi instan seperti yang sehari-hari saya lakukan.

Pilihan kopi yang sekarang jadi favorit adalah cafe latte, atau cafe au lait kalau orang Perancis bilang. Ini merupakan perubahan, setelah sebelumnya saya lebih suka memilih untuk mencecap cappuccino ketimbang cafe latte. Dulu rasanya cafe latte itu terlalu manis buat saya.

Tapi sejak sebulan terakhir kira-kira, saya jadi paham perbedaan antara cafe latte dan cappuccino, dan saya jadi lebih suka cafe latte. Karena dulu saya minum cappuccino a la Indocafe, tentunya versi cappuccino-nya sudah bukan orisinal. Begitu saya mencoba cappuccino yang asli, yang buatan cafe atau coffee shop, baru sadar saya bahwa cappuccino itu banyak memakai busa (frothed milk). Berhubung saya adalah seorang value consumer*, akhirnya saya pelan-pelan beralih ke cafe latte yang lebih banyak cairannya ketimbang cappuccino, dan masih mendapat efek adrenalin yang terpompa setelah meminum latte. Jadi, untuk harga yang lebih kurang sama dan isi gelas yang berbeda, tentunya saya akan pilih gelas yang isinya lebih lama habisnya ;)



*Sebagai value consumer, saya akan membeli barang untuk mendapatkan nilai dari barang yang saya beli. Jadi, jika memungkinkan, saya akan membeli barang yang harganya tidak terlalu mahal tapi saya tetap mendapatkan value yang tinggi dari barang tersebut).