Tuesday, February 13, 2007
To be a PhD student or not to be, that's the question
I've been thinking on taking PhD degree. After browsing this website, I find these comic strips best picture the life of a PhD student - which make me requestion my wish to pursue the degree...
Friday, February 02, 2007
Jakarta Banjir (Lagi)!
Detik.com
Oi oi, mantaplah hujan hari ini. Sempat saya dibuat deg-degan karena mesin mobil mati di tengah-tengah lautan air. Nggak tinggi sih airnya, cuma selutut (hehehe). Gilanya, mobil yang saya naiki adalah tipe Karimun. Semakin kebat-kebit lah saya jadinya.
Waktu itu sudah jam 22 lebih. Karena hujan tidak juga berhenti dan ditambah bonus petir pula, saya agak memaksa mengantar abang saya sampai ke rumahnya. Mana tahu lah saya kalau hujan yang sejak sore mengguyur Jakarta telah berbuah banjir. Sewaktu masuk jalan kecil menuju rumah abang saya sebenarnya air sudah tinggi, tapi berhubung mobil saya sukses melewati jalan yang terendam air tersebut, saya jadi tidak terlalu memperhatikan kemungkinan di ujung jalan satunya akan terjadi hal yang sama. Lebih buruk, bahkan, sampai-sampai warga setempat memasang palang dari bangku dan ban untuk mencegah orang melalui jalan tersebut lebih lanjut.
Tinggal saya yang kebingungan mencari jalan keluar. Sambil sok pintar, saya coba masuk jalan tikus lainnya. Ups! Ketinggian air di jalan itu malah lebih parah daripada jalan yang saya lalui di awal-awal tadi. Saya semakin deg-degan karena mobil pickup di depan saya bukannya jalan tapi malah berhenti. Hoa! Ayo jalan! Alhamdulillah, rupanya mobil pickup itu cuma berhenti sebentar. Rupanya si supir bingung karena di depannya ada lautan air. Untungnya dia bersedia jalan juga. Kalau tidak, weleh-weleh, bisa mati di situ mesin mobil saya.
Lepas dari situ, jalan yang saya lalui "bersih" alias tidak digenangi air. Tapi... yah.... Setelah jalan 200 meter, mobil terhadang banjir lagi. Terpaksa mobil saya belokkan dan kembalilah saya ke jalan awal, yaitu jalan sebelum saya mencari jalan tikus. Yah, apa boleh buat. Terpaksa saya harus mengambil jalan pertama tadi dan melintasi dalamnya lautan air, hiks hiks.
Sambil terus dzikir dan bolak-balik bilang, "Please God, please God," mulailah saya dengan gagah berani (tepatnya sih, dengan nekatttt!) saya jalankan mobil melalui banjir. Lima meter, enam meter, oh oh, kok mobil saya seperti akan mandek ya? Sambil coba mengingat-ingat "pelajaran" yang saya pernah dengar selintas dari ... - entahlah, saya tidak ingat - mengenai bagaimana cara mengendarai mobil bila harus melewati genangan air atau banjir, saya jalankan mobil pada gigi dua lalu ke gigi satu sambil menekan kopling. Tapi, walah, mobil saya malah pelan-pelan mati. OH NO!!! Saya nggak mau menginap di mobil di tengah-tengah banjir ini, ya Allah! Saya belum mau mati!!! Eh, tapi kok terlalu ekstrim ya, sampai berpikir akan mati karena mobil nggak jalan seperti ini? Maka, saya ganti pikiran saya jadi, "Ayo ya Allah, bantu saya. Saya belum siap mati sekarang karena belum sholat Isya' nih." Hehehe, jadi tetap bawa-bawa mati deh.
Anyway, setelah coba starter mobil kedua kalinya, kali ini saya pasang gigi satu dan tekan gas dalam-dalam. Satu, dua, tiga, bismillah!!! Alhamdulillah, berhasil! Dengan agak brutal, mobil saya pacu sehingga dengan menyesal harus menciprati sebuah warung. Well, sepertinya, sih. Namanya juga rada panik, jadi antara ngeh dan tidak.
Oke, akhirnya saya sampai di mulut jalan, yang artinya saya sampai di Warung Buncit. Jalan lagi sekitar 120 meter dan saya akan sampai di jalan yang mengarah ke daerah rumah saya. Tapi, yah, kejadian lagi deh, mobil saya ngadat euy! Akhirnya saya matikan saja mesin mobil. Pasang lampu hazard (itu tuh, yang lampu sen kanan dan kiri kedip dua-duanya), terus saya starter lagi mobil saya. Huray! Mobil nyala lagi!
Alhamdulillah, sekitar jam 23.05 saya sampai di rumah. What an adventure! Tapi kalau disuruh ulang lagi, idih, nggak deh. Makasih!
PS.
I wonder, Jumat kantor bakal diliburkan atau nggak ya? Wishful thinking ;)
Oi oi, mantaplah hujan hari ini. Sempat saya dibuat deg-degan karena mesin mobil mati di tengah-tengah lautan air. Nggak tinggi sih airnya, cuma selutut (hehehe). Gilanya, mobil yang saya naiki adalah tipe Karimun. Semakin kebat-kebit lah saya jadinya.
Waktu itu sudah jam 22 lebih. Karena hujan tidak juga berhenti dan ditambah bonus petir pula, saya agak memaksa mengantar abang saya sampai ke rumahnya. Mana tahu lah saya kalau hujan yang sejak sore mengguyur Jakarta telah berbuah banjir. Sewaktu masuk jalan kecil menuju rumah abang saya sebenarnya air sudah tinggi, tapi berhubung mobil saya sukses melewati jalan yang terendam air tersebut, saya jadi tidak terlalu memperhatikan kemungkinan di ujung jalan satunya akan terjadi hal yang sama. Lebih buruk, bahkan, sampai-sampai warga setempat memasang palang dari bangku dan ban untuk mencegah orang melalui jalan tersebut lebih lanjut.
Tinggal saya yang kebingungan mencari jalan keluar. Sambil sok pintar, saya coba masuk jalan tikus lainnya. Ups! Ketinggian air di jalan itu malah lebih parah daripada jalan yang saya lalui di awal-awal tadi. Saya semakin deg-degan karena mobil pickup di depan saya bukannya jalan tapi malah berhenti. Hoa! Ayo jalan! Alhamdulillah, rupanya mobil pickup itu cuma berhenti sebentar. Rupanya si supir bingung karena di depannya ada lautan air. Untungnya dia bersedia jalan juga. Kalau tidak, weleh-weleh, bisa mati di situ mesin mobil saya.
Lepas dari situ, jalan yang saya lalui "bersih" alias tidak digenangi air. Tapi... yah.... Setelah jalan 200 meter, mobil terhadang banjir lagi. Terpaksa mobil saya belokkan dan kembalilah saya ke jalan awal, yaitu jalan sebelum saya mencari jalan tikus. Yah, apa boleh buat. Terpaksa saya harus mengambil jalan pertama tadi dan melintasi dalamnya lautan air, hiks hiks.
Sambil terus dzikir dan bolak-balik bilang, "Please God, please God," mulailah saya dengan gagah berani (tepatnya sih, dengan nekatttt!) saya jalankan mobil melalui banjir. Lima meter, enam meter, oh oh, kok mobil saya seperti akan mandek ya? Sambil coba mengingat-ingat "pelajaran" yang saya pernah dengar selintas dari ... - entahlah, saya tidak ingat - mengenai bagaimana cara mengendarai mobil bila harus melewati genangan air atau banjir, saya jalankan mobil pada gigi dua lalu ke gigi satu sambil menekan kopling. Tapi, walah, mobil saya malah pelan-pelan mati. OH NO!!! Saya nggak mau menginap di mobil di tengah-tengah banjir ini, ya Allah! Saya belum mau mati!!! Eh, tapi kok terlalu ekstrim ya, sampai berpikir akan mati karena mobil nggak jalan seperti ini? Maka, saya ganti pikiran saya jadi, "Ayo ya Allah, bantu saya. Saya belum siap mati sekarang karena belum sholat Isya' nih." Hehehe, jadi tetap bawa-bawa mati deh.
Anyway, setelah coba starter mobil kedua kalinya, kali ini saya pasang gigi satu dan tekan gas dalam-dalam. Satu, dua, tiga, bismillah!!! Alhamdulillah, berhasil! Dengan agak brutal, mobil saya pacu sehingga dengan menyesal harus menciprati sebuah warung. Well, sepertinya, sih. Namanya juga rada panik, jadi antara ngeh dan tidak.
Oke, akhirnya saya sampai di mulut jalan, yang artinya saya sampai di Warung Buncit. Jalan lagi sekitar 120 meter dan saya akan sampai di jalan yang mengarah ke daerah rumah saya. Tapi, yah, kejadian lagi deh, mobil saya ngadat euy! Akhirnya saya matikan saja mesin mobil. Pasang lampu hazard (itu tuh, yang lampu sen kanan dan kiri kedip dua-duanya), terus saya starter lagi mobil saya. Huray! Mobil nyala lagi!
Alhamdulillah, sekitar jam 23.05 saya sampai di rumah. What an adventure! Tapi kalau disuruh ulang lagi, idih, nggak deh. Makasih!
PS.
I wonder, Jumat kantor bakal diliburkan atau nggak ya? Wishful thinking ;)
Subscribe to:
Posts (Atom)