Hai Indonesia! Selamat ulang tahun kemerdekaan ya!
Euleuh, euleuh, udah 59 tahun yak, kita merdeka. Tapi kok aku nggak gembira ya? Rasanya ada yang ngeganjel gitu. Abisnya kalo keluar rumah terus liat lalu lintas yang macet, orang-orang yang seenaknya aja di jalan (well, that probably includes me, sih), anak kecil di jalanan ngamen atau minta-minta padahal mestinya mereka pergi ke sekolah dan main, trus senior mereka yang melakukan hal yang sama; orang-orang yang ketika aku turun dari kereta di sore hari di stasiun Pasar Minggu Baru, aku lihat lagi baringan di bangku peron stasiun atau lagi duduk di pelataran peron sambil berbagi sebungkus nasi; pedagang asongan yang jualan pupuk tanaman di dalam kereta (ya Allah, apa bakal laku jualan barang seperti pupuk?), atau buku peta dan buku doa-doa... rasanya bukan seperti ini Indonesia yang aku atau para pendiri negara ini inginkan.
Belum lagi korupsi dan pungutan-pungutan liar di mana-mana... Duh, mau jadi apa negaraku ini? Aku jadi pingin tinggal di negara lain yang lebih manusiawi terhadap masyarakatnya (Kanada kayaknya asyik ya, Mbak?). Tapi nanti dibilang nggak setia ama negaranya karena nggak mau ikut ngebangun negaranya. Serba salah.
Bukannya kurang bersyukur. Alhamdulillah, kita bisa belajar, bekerja, dan melakukan aktivitas apapun (almost) tanpa takut diberondong peluru atau dikekang oleh jam malam. Listrik, tivi, air, komputer, Internet, semua cemepak (di Jakarta dan kota-kota di Pulau Jawa sih. Kalau di luar Jawa, ya nggak semewah dan selengkap di Jakarta. Jadi inget pemadaman listrik yang sering banget di Metro Lampung waktu ke sana untuk nikahan Om). Tapi susah buat merem dan tidak melihat kesusahan yang dialami orang lain yang notabene adalah saudara sebangsa kita juga. Aku takut, semakin lama aku hanya ngomong "sedih", aku jadi mati rasa dan hanya jadi salah satu dari corporate slaves (Ah, bahkan budak pun punya perasaan. Lebih tepat lagi corporate cyborg, mungkin).
Yah, mudah-mudahan Allah mencatat niatku deh, untuk berbuat sesuatu. Masalahnya: Berbuat apa dan mulai kapan? Semuanya kok terasa terlalu rumit untuk diatasi. *Menghela napas
No comments:
Post a Comment